Perjalanan Agoda Menjadi Platform Rujukan Traveller di Asia, dari Penyewaan Hotel hingga Transportasi

Agoda adalah salah satu platform pemesanan akomodasi dan perjalanan online paling dikenal di Asia. Di balik kesuksesannya, terdapat kisah inspiratif tentang dua sahabat yang mewujudkan kesukaan terhadap traveling menjadi bisnis teknologi berskala global.
Cerita Agoda bermula pada akhir 1990-an, saat Michael Kenny yang tengah menjalankan bisnis pariwisata di Asia Tenggara bertemu kembali dengan sahabat lamanya yang fokus di dunia e-commerce dan digital, Robert Rosenstein.
Setelah Robert berinvestasi di perusahaan startup milik Michael di Thailand, mereka memutuskan berkolaborasi membangun platform perjalanan online yang fokus pada pasar Asia. Maka lahirlah Agoda pada tahun 2005 yang berbasis di Singapura. Nama Agoda berasal dari gabungan bisnis Mike sebelumnya, yaitu PlanetHoliday.com dan PrecisionReservations.com, yang kemudian digabung dan direstrukturisasi.
Sejak awal, Agoda menawarkan pemesanan hotel, villa, dan apartemen secara online di seluruh dunia. Namun seiring waktu, layanan ini berkembang pesat hingga mencakup penerbangan, sewa mobil, dan berbagai fitur teknologi canggih. Visi utamanya adalah membantu pengguna mengatur perjalanan sesuai kebutuhan dan anggaran dengan mudah.
Pada tahun 2007, Agoda diakuisisi oleh Priceline.com (yang kini dikenal sebagai Booking Holdings). Meski bergabung ke dalam perusahaan induk besar, Agoda tetap beroperasi secara mandiri, fokus pada inovasi teknologi dan ekspansi pasar Asia.
Agoda terus menanamkan inovasi ke dalam produknya. Sejak meluncurkan aplikasi mobile di tahun 2011 untuk iOS dan Android, mereka juga mengakuisisi startup teknologi seperti Qlika (Israel) pada 2014 dan WooMoo (Taipei) pada 2016 untuk memperkuat kemampuan AI, analitik data, dan desain produk.
Agoda juga memperkenalkan fitur-fitur seperti persistent booking, pembekuan harga (price freeze), serta pembatalan fleksibel yang menjadikan pengalaman pengguna makin nyaman. Bahkan, melalui pendekatan teknologi finansial (fintech), Agoda memperkaya cara konsumen bertransaksi dan merencanakan perjalanan.
Dalam hal kepemimpinan, Omri Morgenshtern menjabat sebagai CEO sejak 1 Juli 2022, menggantikan John Wroughton Brown. Omri, yang sebelumnya memimpin Qlika sebelum diakuisisi Agoda, membawa pendekatan berbasis teknologi dan data yang semakin memperkuat posisi Agoda sebagai pemimpin pasar digital travel di Asia.
Baca Juga: Perjalanan Martin Lorentzon Membangun Spotify yang Sukses Merevolusi Industri Musik
Di bawah arahannya, Agoda memperluas operasional ke negara-negara seperti Thailand dan India, dengan mendirikan kantor pengembangan dan melatih ribuan talenta teknologi lokal, termasuk program pelatihan untuk lebih dari 150 peserta teknologi setiap tahun di Thailand.
Kini, setelah lebih dari 15 tahun beroperasi, Agoda hadir di lebih dari 200 negara, dengan lebih dari 2,9 juta properti serta 1,5 juta rumah pribadi, apartemen, dan villa yang bisa dipilih pengguna.
Secara bisnis, Agoda mencatat pendapatan tahunan mendekati US$760 juta, dengan volume pemesanan mencapai lebih dari US$6 miliar pada kuartal ketiga 2022—naik hampir 30% dibanding tahun sebelumnya. Sumber utama pendapatannya berasal dari komisi pemesanan, yaitu sekitar 80–85% untuk Agoda dan 15–20% untuk mitra properti.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement